Photo by  Timon Studler on Unsplash
Photo by Timon Studler on Unsplash

Baik Itu Buruk

Published on 4 January 2025
Tags: #indonesia#self-improvement

Sebagai permulaan, aku ingin mengucapkan selamat tahun baru 2025 kepada semua orang yang membaca tulisan ini. Semoga harapan dan doa yang kalian inginkan bisa tercapai di tahun ini.

Asking all kinds of questions to myself
But never finding the answers

Sebuah petikan lirik dari lagunya In Too Deep - Genesis, salah satu band favoritku karena ada Phil Collins sama Tony Banks, meskipun cuma tahu satu lagunya Tony Banks (This Is Love doang).

Asking all kinds of questions to myself

Jujur, sebelumnya aku sudah mengetik seperti ini:

Manusia itu adalah makhluk berpikir, menurut René Descartes “I think, therefore I am” dan salah satu bentuk dari berpikir adalah dengan bertanya.

Setelah aku membaca berulang-ulang kalimat tersebut, aku langsung hapus lagi, karena geli sendiri dan kesannya aku kayak filsuf yang sok sudah mengerti tentang kehidupan, wkwkwkwkwk. Tapi, karena tulisannya lucu, jadi aku tetap mengetiknya saja biar kalian juga baca.

Anyway,

Beberapa pertanyaan yang belakangan ini lewat di kepalaku adalah “Apa itu baik?”, “Bagaimana berbuat baik?”, “Apakah ada konsekuensi buruk dari berbuat baik?”, “Bagaimana jika orang tidak berbuat baik?“. Aku juga tidak tahu alasan spesifik kenapa pertanyaan itu muncul. Cuma pingin tahu saja menurut versiku, apa jawaban dari pertanyaan tersebut. Karena selama ini aku diajarkan selalu berbuat baik kepada orang lain, tanpa terkecuali.

Apa itu baik?

Aku bukan ahli bahasa atau pandai dalam mendefinisikan kata secara harfiah, jadi aku mendefinisikan kata ‘baik’ menurut versiku saja. Menurutku, baik adalah memberikan yang seharusnya diberikan kepada orang lain. Baik tidak hanya dilakukan dalam lingkup orang yang mampu kepada orang tidak mampu. Namun, baik juga dilakukan dalam lingkup yang lebih luas. Contoh hal baik adalah menyuruh orang lain yang sedang berpergian untuk mengabari bahwa dia sudah sampai tujuan dengan selamat. Mungkin, agak tidak nyambung dengan ‘baik’ yang kudefinisikan tadi, tapi you know what I mean. Lagi males jelasin panjang kali lebar.

Bagaimana berbuat baik?

Pada awalnya aku tidak kepikiran pertanyaan ini, karena kayak, orang mana yang harus diajarin cara berbuat baik? Udah common sense, kan? Kalau orang tuh sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk? Bahkan dari kecil pun sudah diajari hal baik, mana ada orang yang kecilnya diajarin sama orang tuanya hal buruk?

Oke, paragraf pertama itu adalah pemikiranku yang dulu. Pada kenyataannya, dunia tidak berjalan sesuai keinginanku. Tidak semua hal yang menurutku baik dan aku niatkan dengan baik bisa diterima dengan baik oleh orang lain. Tapi, pada akhirnya aku tetap ingin selalu berbuat baik kepada orang lain tanpa terkecuali. Namun, perbedaannya adalah, jika aku mulai mempertanyakan kebaikanku, bahkan sedikit pun, aku harus berpikir lagi, apakah perbuatan baikku ini benar? Maka ada hal yang ‘salah’ dalam perbuatan baikku ini. Karena seharusnya jika aku berbuat baik, maka aku tidak harus berpikir dua atau tiga kali, karena ya, ngapain bro? Masa berbuat baik harus mikir?

Apakah ada konsekuensi buruk dari berbuat baik?

Kedua kalinya aku bersikap naif, aku berpura-pura tidak tahu bahwa orang baik juga akan dapat konsekuensi buruk? Kok bisa buruk? Bukannya semakin banyak orang berbuat baik, maka orang lain juga ikut senang?

Jadi gini, bro (aku berbicara pada diriku sendiri), ini mungkin juga relate sama pertanyaan bagaimana berbuat baik? Jadi, salah satu konsiderasiku yang membuat ragu-ragu untuk berbuat baik adalah, apakah ke depannya hal yang menurutku baik ini akan menjadi boomerang untuk diriku sendiri. Karena apa, yah, aku masih percaya jika aku berbuat baik akan dikelilingi juga oleh orang-orang baik. Namun, di situasi tertentu, aku juga menemui orang yang dikasih hati minta jantung. Nah, orang-orang yang kayak gitu yang kadang membuatku berpikir untuk melakukan hal baik. Dan hal seperti itu yang membuat hal baik ini bisa dapat konsekuensi buruk, karena semakin banyak aku memberi, semakin banyak juga aku kehilangan.

Bagaimana jika orang tidak berbuat baik?

Satu hal yang menurutku kalau dipikir mudah, tapi kalau dilakukan susah, yaitu tidak berharap orang lain berbuat hal yang sama kepadaku setelah aku berbuat baik kepadanya. Kalau berbuat baik ya udah, tidak usah berharap imbalan apa pun. Cukup lakukan dan tinggalkan.

But never finding the answers

Yah, sesuai liriknya, tidak akan pernah menemukan jawabannya. Semakin keras berpikir atas suatu hal, dan semakin tahu banyak hal, maka semakin tahu juga bahwa aku belum tahu banyak hal. Secukupnya saja. Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?


Jadi, kesimpulannya, baik itu baik atau baik itu buruk?

Tergantung. Baik bisa menjadi baik jika berbuat baik ke orang yang tepat, dan baik bisa menjadi buruk jika berbuat baik ke orang yang salah.

Lalu, bagaimana caranya tahu orang itu orang yang benar atau salah?

Aku juga tidak tahu. Yang bisa aku lakukan sekarang hanya bersikap fleksibel dengan memperlakukan orang sesuai waktu, tempat, dan siapa orangnya.


Terima kasih telah membaca sampai akhir. Sampai jumpa di kiriman-kiriman selanjutnya 👋

Muhammad Firas - 2025